1.
Masih relatif mahal
Harus saya akui memang teknologi tenaga surya memang
pada saat ini masih tergolong kedalam teknologi yang agak "ekspensive". Kenapa
sih bisa mahal? yang membuat teknologi ini mahal adalah karena negara kita belum
mampu membuat peralatan/perlengkapan instalasi solar cell tanpa membeli keluar
negeri. Kalau semua peralatan/perlengkapan instalasinya bisa diusahakan di dalam
negeri saya rasa bisa lebih "cheap"
Ada yang punya ide untuk mengatasi
problem ini?
2. Biaya
perawatan mahal
Sebagai gambaran, sekarang Spanyol termasuk negara
yang cukup konsen untuk pengembangan teknologi surya ini. Terbukti dengan adanya
pembangkit listrik tenaga surya yang ada di negara tersebut. PL tersebut
memiliki kapasitas pembangkitannya sebesar 60 MW, pembangkit memakan waktu 16
bulan serta biaya sebesar 384 juta EURO atau sekitar Rp 4,7 trilliun untuk
pembangunannya. Nilai investasi ini memang terlampau mahal jika dibandingkan
dengan pembangunan PLTU 1 Banten (termasuk ke dalam proyek 10,000 MW-nya PLN)
berkapasitas 625 MW yang memakan biaya sebesar Rp 3,9 trilliun. Jadi, penggunaan
solar cell untuk pembangkitan skala besar masih terlalu mahal untuk daya yang
dihasilkan. Nah hal inilah yang selalu memberatkan pemerintah kita dalam
mengmbangkan teknologi yang satu ini.
Tidak
jauh beda dengan penggunaan solar panel pada skala rumah tangga. Untuk daya
sebesar 60 W, biaya yang kira-kira harus dikeluarkan sekitar $ 72 atau Rp
720,000 (dengan kurs $ 1 =Rp 10,000). Dengan mengambil sampel kebutuhan listrik
yang paling minimal, yaitu sekitar 450 W (di daerah pedesaan), maka biaya yang
diperlukan kira-kira Rp 5 juta. Namun, di Bangladesh, terutama di daerah
pedesaan, hampir 320,000 rumah terinstalasi PV untuk kebutuhan
listriknya.
Lagi, lagi
masalah harga, solar cell termasuk jenis pembangkit yang rentan terhadap
kerusakan. Jadi harus di chek keadaannya minimal 1 kali seminggu,
direkomendasikan untuk lebih sering menge-chek keadaan pembangkit yang satu ini.
Selalu saja masalah harga jadi masalah. Padahal menurut saya banyak manfaatnya
bila kita bandingkan dengan dana yang kita keluarkan. Tapi ya, semuanya terserah
anda bagaimana menyikapinya.
Dan
semoga pemerintah kita memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Bahwa suatu
teknologi baru dalam tanda kutip masih mahal, bila terus kita kembangkan secara
kontinu. Saya rasa bisa jadi murah juga apabila di usahakan untuk mengambil
altenatif pemecahan persoalannya, contoh kongkret, Dilakukan pengkajian ulang
teknologi ini, dan di usahakan untuk mengeluarkan solusi dalam menekan
pembiayaan dari pembangkit ini. Di Indonesia khan banyak orang pinter. Masak
untuk mencarikan solusi alternatif pengembangan teknologi solar cell aja gak
mampu. Apa kata dunia?
Sekali lagi Saya tegaskan solar cell bisa menjadi
solusi pengadaan listrik negara kita yang ramah lingkungan dan bisa di terapkan
ditempat terpencil sekalipun.
3. Sangat tidak efisien bila dikembangkan di
daerah yang berpolusi
Polusi juga menjadi faktor yang menghambat
pengembangan teknologi ini. Sangat tidak direkomendasikan pengembangannya di
daerah yang berpolusi tinggi karena dapat mengurangi intensitas cahaya yang
dapat diterima oleh panel/cell surya. Jadi dengan kata lain energi yang
dihasilkan relatif kecil.
0 comments:
Post a Comment